Bimbingan Islam: Semangatnya Sahabat Dalam Kebaikan

0
1295

Semangatnya Sahabat Dalam Kebaikan

عن عبد الله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما قال: (أخبر النبي صلى الله عليه وسلم أني أقول: والله لأصومن النهار ولأقومن الليل ما عشت. فقال النبي صلى الله عليه وسلم: أنت الذي قلت ذلك؟ فقلت له: قد قلته بأبي أنت وأمي يا رسول الله. قال: فإنك لا تستطيع ذلك، فصم وأفطر، وقم ونم، وصم من الشهر ثلاثة أيام؛ فإن الحسنة بعشر أمثالها، وذلك مثل صيام الدهر. قلت: إني لأطيق أفضل من ذلك. قال: فصم يوماً وأفطر يومين. قلت: إني لأطيق أفضل من ذلك. قال: فصم يوماً وأفطر يوماً، فذلك صيام داود عليه السلام، وهو أفضل الصيام. قلت: إني لأطيق أفضل من ذلك. فقال: لا أفضل من ذلك) ، وفي رواية قال: (لا صوم فوق صوم أخي داود عليه السلام، شطر الدهر صم يوماً وأفطر يوماً

Dari ‘Abdullāh Ibn ‘Amr Ibn Al-‘Āsh radhiyallāhu ‘anhumā (‘Abdullah dan ‘Amr), beliau berkata: Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam telah sampai berita kepada Beliau bahwasanya aku pernah mengucapkan “Demi Allāh, aku akan berpuasa di siang hari dan aku akan melakukan shalat di malam hari selama aku masih hidup”. Maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam berkata: “Benarkan berita yang sampai kepada saya tentang sumpahmu ini?” Maka aku berkata kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam: “Sungguh aku telah mengucapkannya, bapakku dan ibuku sebagai tebusannya”. Maka Beliau mengatakan: “Sesungguhnya engkau tidak akan mampu melakukan itu. Hendaklah engkau berpuasa dan juga berbuka.”

Abdullāh bin ‘Amr, karena beliau adalah orang yang kuat dan saat itu beliau masih muda, merasa dirinya memiliki kekuatan dan semangat didalam beribadah kepada Allāh, beliau berjanji dan bersumpah ingin melakukan puasa setiap siang hari. Dan kalau datang malam hari maka akan beliau isi dengan shalat malam semalam suntuk.

Mā ‘isytu (selama aku masih hidup). Artinya sampai aku sudah tuapun, sebelum aku meninggal aku akan tetap melakukan amalan ini.

Dan ini menunjukkan tentang bagaimana fadhlush shahābat (keutamaan para shahābat), mereka bukan hanya Allāh beri keutamaan dalam masalah ilmu dan menuntut ilmu, bahkan di dalam ibadah mereka juga qudwah dan orang yang terbaik di dalam ibadah, semangat melakukan ibadah karena rasa takut mereka kepada Allāh, karena iman mereka kepada hari akhir, sampai bersumpah dengan sumpah yang demikian hebatnya yaitu akan melakukan puasa setiap siang dan di malam hari akan diisi dengan shalat malam selama beliau masih hidup.

Kabar ini didengar oleh sebagian shahābat, dan disampaikan kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam, seorang Rasul yang diutus oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang raūf, rahīm (Penyayang) kepada umatnya. Ketika sampai kepada Beliau, maka Beliau ingin ta’kid dan tabayyun kepada ‘Abdullāb Ibn ‘Amr.

[“Benarkan berita yang sampai kepada saya tentang sumpahmu ini?”]

[Maka aku berkata kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam: “Sungguh aku telah mengucapkannya.”]

Artinya benar, ini adalah berita yang benar dan aku telah mengucapkan sumpah itu.

[“Bapakku dan ibuku sebagai tebusannya.”]

Ini adalah sebuah ucapan yang diucapkan oleh seseorang kepada orang yang sangat dia cintai, sampai dicintai lebih dari bapak dan ibunya. Artinya adalah menjadikan bapak dan juga ibunya sebagai tebusan. Seandainya ada apa-apa maka tebusannya adalah bapak dan ibunya. Menunjukkan bahwa bagaimana cinta shahābat radhiyallāhu ‘anhum kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Ucapan “bi abi anta wa ummī” ini bukan sumpah. Tidak boleh seseorang Muslim bersumpah dengan selain nama Allāh. Ini taqdirnya adalah “fidāi” sehingga tebusanku adalah dengan bapak dan ibuku.

[Maka Beliau mengatakan: “Sesungguhnya engkau tidak akan mampu melakukan itu.”]

Maksudnya tidak akan bisa melakukan itu dengan baik, mungkin engkau akan mampu tetapi dengan susah payah, karena manusia ada keadaan-keadaan yang berubah, terkadang dia sehat, terkadang dia sakit, sekarang dia mudah, besok dia tua, sekarang dia kuat tetapi belum tentu sudah tua mampu melakukan itu dengan baik.

Kemudian Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam memberikan petunjuk, hendaklah engkau berpuasa pada satu hari dan engkau berbuka pada hari yang lain. Ini ada mashlahat bagi dirimu, engkau memiliki hak, jasadmu memiliki hak, istrimu memiliki hak, oranglain memiliki hak atas dirimu.

[“Terkadang pada suatu hari engkau berpuasa dan pada hari yang lain engkau berbuka.”]

[“Dan shalatlah dan tidurlah.”]

Artinya di malam hari, sebagian waktunya engkau gunakan untuk shalat dan sebagian waktunya engkau gunakan untuk istirahat. Ada waktu-waktu untuk Allāh (beribadah) dan ada waktu untuk jasad kita, yang dia juga memiliki hak untuk beristirahat. Ini petunjuk Beliau kepada ‘Abdullāh bin ‘Amr.

Kemudian Beliau menunjukkan diantara jenis-jenis puasa yang dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

[“Hendaklah engkau berpuasa setiap bulan selama 3 hari. Karena 1 kebaikan dibalas dengan 10 kebaikan.”]

Kalau engkau berpuasa 3 hari berarti engkau akan diberikan ganjaran (hasanah) oleh Allāh dengan 30 x 10 yaitu 30 berpuasa. Berpuasa 3 hari tetapi hasanahnya seperti orang yang berpuasa 30 hari.

Ini adalah menunjukkan rahmat dan karunia dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Allāh ingin kita memiliki hasanah yang banyak yang dengan hasanah tersebut kelak akan mengalahkan sayyi’ah (kejelekan) kita dihari kiamat.

 جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلا يُجْزَى إِلا مِثْلَهَا وَهُمْ لا يُظْلَمُونَ

” Barangsiapa yang datang pad hari kiamat dengan 1 kebaikan maka dibalas dengan 10 kebaikan. Dan barangsiapa datang dihari kiamat dengan 1 kejelekan maka tidak akan dibalas kecuali dengan 1 kejelekan. Dan mereka tidak akan dizhalimi.” (Al-An’ām 16)

Kejelekan tidak akan dilipatgandakan oleh Allāh.

[“Puasa 3 hari yang engkau lakukan itu seperti orang yang berpuasa setiap hari.”]

Seandainya kita berpuasa setiap bulannya 3 hari, bulan depan juga puasa 3 hari, bulan depannya 3 hari dan seterusnya sampai kita meninggal dunia, berarti seakan-akan kita telah berpuasa setiap hari. Karena 3 hari puasa yang kita lakukan dihitung puasa 1 bulan.

[Maka ‘Abdullāh bin ‘Amr mengatakan: “Aku bisa melakukan yang lebih baik dari itu.”]

3 hari itu sangat sedikit bagi beliau. Hal ini mengabarkan kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam bahwasanya beliau memiliki kekuatan dan kesabaran yang lebih daripada 3 hari setiap bulan.

[Maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan: “Kalau begitu, berpuasalah satu hari kemudian berbukalah dua hari.”]

Tadi 3 hari, sekarang kalau kamu lebih kuat maka berpuasalah 1 hari kemudian berbukalah 2 hari dan seterusnya sampai akhir bulan. Jadi kalau dihitung kuranglebih dia berpuasa 10 hari dalam 1 bulan (dari 30 hari, berpuasa 10 hari, sepertiga dari 1 bulan)

[‘Abdullāh bin ‘Amr mengatakan: “Sesungguhnya aku bisa melakukan yang lebih baik dari itu.” Kata Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam: “Kalau memang demikian maka hendaklah engkau berpuasa 1 hari dan berbuka 1 hari.”]

Sekarang puasa, besok berbuka dan seterusnya. Jadi kalau dihitung 15 hari didalam 1 bulan yaitu setengah dari 1 bulan. Tawaran Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam pertama sepersepuluh, kemudian ditambah lagi menjadi sepertiga, kemudian ditambah lagi jadi setengah.

[“Ini adalah puasanya Nabi Dāwud ‘alaiyhissalām. Dan ini adalah puasa yang paling afdhal.”]

Penjelasan yang jelas dari Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bahwasanya puasa yang paling afdhal adalah puasanya Nabi Dāwud bahkan lebih afdhal daripada jenis puasa yang kedua, bahkan lebih afdhal dari puasa dahr, yaitu puasa yang dilakukan setiap hari.

Kalau kita bandingkan puasanya Nabi Dāwud dengan puasa yang dilakukan setiap hari ( shiyāmud dahr ) maka yang paling afdhal adalah puasanya Nabi Dāwud. Ini nash dari Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

[Kemudian ‘Abdullāh bin ‘Umar mengatakan: “Sesungguhnya aku bisa melakukan yang lebih baik dari itu.”]

Artinya 15 hari berpuasa setiap bulan masih kurang menurut beliau.

Dan didalam riwayat lain, Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan: “Tidak ada puasa yang lebih afdhal dari puasa Nabi Dāwud, setengah dahr (setengah masa) hendaklah engkau berpuasa sehari dan berbuka sehari.”

Ini menunjukkan kepada kita tentang disyari’atkannya melakukan puasa Nabi Dāwud dan itu merupakan puasa yang paling afdhal.

Dan disebutkan dalam sebuah riwayat bahwasanya ‘Abdullāh bin ‘Amr ketika sudah tua, beliau merasa berat untuk melakukan puasa Nabi Dāwud ini karena keadaan beliau yang sudah tua, akan tetapi beliau tetap beriltizam, tetap melakukan puasa Nabi Dāwud ini, dengan mengatakan: “Seandainya dahulu aku menerima keringanan yang pernah ditawarkan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.”

Ini menunjukkan keutamaan ‘Abdullāh bin ‘Amr dan saat itu karena beliau menjadikan ini amalan beliau sehingga ketika tuapun meskipun sudah berat akan tetapi tetap beliau lakukan.

Ditranskrip dari Ceramah Ust. ‘Abdullāh Roy, MA saat mengisi kajian kitab ‘Umdatul Ahkām bab Puasa. Pontianak, 24 Sya’ban 1436 H.

  • Artikel ini diposting oleh Website Seindah Sunnah
  • Mohon menyebutkan link dari kami jika antum mengutip dari kami
  • Tanya Jawab Seputar Universitas Islam Madinah ke +62 8528 33322 39 atau klik ini 
Segera daftarkan nomer antum untuk mendapatkan Broadcast Dakwah WhatsApp Seindah Sunnah, klik ini
  • Kurma Ajwa Nabi Asli Madinah Grosir dan Eceran klik ini
Dukung Seindah Sunnah dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR.
  • IKLAN di Website ini hubungi WhatsApp berikut : +62 8528 333 22 39
  • REKENING DONASI : Bank Syariah Indonesia 454-730-6540 a.n. Musa Jundana
  • Mohon untuk konfirmasi donasi ke WhatsApp berikut : +62 8528 333 22 39

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.